Kamis, 07 April 2011

repress..my bad habbit, and they wish it ( '_')

Represi psikologis atau represi psikis atau represi adalah usaha psikologis seseorang yang bertujuan untuk meredam keinginan, hasrat, atau instingnya sendiri. Represi terjadi ketika dorongan dari luar, yang berlawanan dengan keinginan seseorang, mulai mengancam seolah-olah akan terjadi penderitaan bila keinginan itu tercapai, yang dengan demikian membuat seseorang terlibat konflik dengan dirinya sendiri. Respon represi pada ancaman itu dalah dengan mencoba menghilangkan keinginan itu dari kesadaran diri  dan menahannya atau menundukkannya dalam alam bawah sadar. Represi berperan dalam banyak penyakit mental, dan dalam psikis kebanyakan orang.


Itu tadi referensi dari mas Wiki_nama lengkapnya Wikipedia,hehe
Sebagian atau bahkan hampir setiap orang pasti pernah melakukan hal ini sekalipun hanya satu kali. Tapi bagi saya ini adalah habbit, :)

Rasanya menenangkan dan yang paling kita tahu adalah semua berjalan dengan baik layaknya slogan "cinta damai". Tidak ada rasa marah yang keluar lewat ekspresi, semarah-marahnya saya adalah pada diri sendiri karena menyesali diri "mengapa saya marah?"
Seorang teman yang mengambil jurusan psikologi mengatakan agar saya tidak boleh melakukan hal ini terus menerus. Suatu saat akan menjadi boomerang yang saya sendiri tidak akan bisa membayangkannya. :(

Serem amat yaa,hehe tapi represi bagi saya sudah mendatangkan banyak pelajaran. Saya jadi lebih mengerti apa itu egois dan mengapa saya tidak boleh memiliki sifat tersebut. Memang, mengikuti kemauan orang lain tidak akan pernah ada habisnya. mereka seperti standar yang menentukan tingkah laku kita lewat pujian dan cemooh. Saya tidak melakukan represi sebagai bentuk patuh pada rule ini, tetapi represi adalah wujud dari pertahanan diri yang sangat saya sukai, haha ironis :')

Diam dan melihat bahwa semua baik-baik saja tanpa mengungkapkan isi hati yang sebenarnya mendatangkan kepuasan, karena sebelumnya pikiran telah memprediksi bahwa akan ada dampak ini dampak itu, sehingga lebih baik kita mengalah, memaafkan, tapi jauh dibalik itu semua yang sebenarnya terjadi adalah saya melupakan. Melupakan perasaan bahwa saya tidak terima, saya marah, saya kesal, dan sebagainya.

Melupakan inilah yang ternyata telah menekan, me-repress pikiran dan hati  untuk tidak komplain lagi agar terhindar dari pertengkaran. Bah, lebih mirip dan jauh lebih pantas dianggap sebagai lari dari masalah. Saya tidak memungkiri kemungkinan tersebut, tapi kita lari dengan rasa takut bahwa tindakan kita akan membuat orang lain merasa tidak nyaman, karenanya kita menjaga agar semua terkendali tanpa tahu bahwa ada bom waktu di dalam diri kita sendiri....
 
Kalau ini memang sesuatu yang lebih buruk daripada seharusnya, maka saya berharap dapat mengubahnya, menjadi refresh mungkin, dengan menghadapi masalah misalnya, mengemukakan pendapat dan apa yang mengganjal, agar diri saya tidak berjuang sendiri lagi menuntut agar saya harus kuat dan terima saja :)
Selalu ada kata bisa dan belum terlambat bukan? ^____^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar